Ritual Puter Kayun 2024 Hanya Diikuti 2 Dokar : Ini Tak Mengurangi Makna Tradisinya
radiovisfm.com – Masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi kembali menggelar ritual adat tradisi Puter Kayun, untuk menjaga dan melestarikan kearifan budaya lokal sekaligus sebagai napak tilas nenek moyang mereka yang telah berhasil membuka jalan dari desa setempat menuju ke Pantai Watu Dodol dengan membongkar pegunungan.
Tradisi yang digelar tiap 10 Syawal ini merupakan penepatan janji warga Boyolangu kepada para leluhur yang telah berjasa membuka akses di kawasan Banyuwangi utara.
Tradisi Puter Kayun merupakan tradisi napak tilas yang dilakukan warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi menuju wisata Watudodol dengan naik kendaraan tradisional Dokar atau delman.
Sebelumnya secara turun temurun, mata pencaharian warga setempat adalah sebagai penarik dokar, meski banyak juga yang bergerak di bidang pertanian.
Ketua Panitia Puter Kayun, Moh Ihrom mengatakan, saat ini jumlah kendaraan dokar di Kelurahan Boyolangu terus mengalami penurunan. Dari sebelumnya sebanyak 12 unit, kini hanya tersisa 2 dokar.
“Pada perayaan ritual adat Puter Kayun di 2024 ini, hanya ada 2 dokar yang mengiringi perjalanan masyarakat Kelurahan Boyolangu menuju ke Wisata Pantai Watu Dodol dengan menggendarai kendaraan roda 2 maupun roda 4,” papar Ihrom.
Ihrom menyebut, kondisi ini dinilai tidak mengurangi esensi makna sebetulnya dari tradisi Puter Kayun tersebut.
“Yang utamanya adalah bagaimana masyarakat Kelurahan Boyolangu bisa sampai di Wisata Pantai Watu Dodol dengan menggunakan alat transportasi lainnya,” ungkap Ihrom.
Untuk selanjutnya, mereka menggelar selamatan di wisata pantai tersebut. Dalam rangka tasyakuran rasa bersyukur masyarakat Kelurahan Boyolangu atas rahmat dan limpahan Allah SWT selama ini. Sekaligus napak tilas tentang sejarah perjuangan Ki Buyut Jokso atau Ki Marto Joyo yang telah berjuang dan punya andil utama dalam membongkar gunung Watu Dodol menjadi jalan dari Kelurahan Boyolangu ke Pantai Watu Dodol.
Sehari sebelum di gelar ritual Puter Kayun, masyarakat Kelurahan Boyolangu menggelar adat Kebo-Keboan.
“Acara Kebo-Keboan ini merupakan tradisi warga Kelurahan Boyolangu sebagai ungkapan rasa syukur atas berhasilnya masyarakat setempat di bidang pertanian. Selama ini, mereka membajak sawah maupun mengolah lahan pertanian dengan menggunakan hewan kerbau atau kebo sebagai alat membajak,” papar Ihrom.
Untuk itulah kata Ihrom, sebagai ungkapan rasa syukur dan berterima kasih kepada yang maha kuasa atas panen yang melimpah, mereka menggelar acara kebo-keboan tersebut guna melestarikan budaya kearifan lokal.
Sementara Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Taufik Rohman mengatakan adat, tradisi, dan budaya Banyuwangi menjadi prioritas pelestarian Pemkab Banyuwangi.
“Untuk tradisi setelah lebaran di Banyuwangi memang cukup banyak. Selain Puter Kayun, ada Barong Ider Bumi dan Seblang Olehsari yang masih berlangsung hingga 21 April 2024,” pungkas Taufik.
Comments
This post currently has no comments.