menu Home chevron_right
Banyuwangi

Petani di Banyuwangi Sukses Kembangkan Konsep Pertanian Terintegrasi

Ilex | 4 Juni 2024

radiovisfm.com – Petani di Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi berhasil mengembangkan konsep pertanian terintegrasi (Integrated Farming System).

Salah satunya Nuryanto. Dia memanfaatkan keterkaitan antara tanaman pangan, serta ternak dan perikanan untuk mendukung produksi pertanian dalam satu lahan.

Di lahan seluas 7 hektar miliknya, Nuryanto mengembangkan peternakan domba, budidaya ikan lele, tanaman padi, serta berbagai tanaman buah yang ditanam di pinggiran lahan. Seperti durian dan manggis.

Bupati Ipuk Fiestiandani mengunjungi lahan Nuryanto di sela kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di Desa Gendoh, Temuguruh dan Karangsari, Kecamatan Sempu.

Kepada Bupati Ipuk, Nuryanto mengaku dirinya sudah mengembangkan hal ini sejak tahun 2021.

“Awalnya saya terpikir ingin beralih ke pertanian organik agar sawahnya terjaga kelestariannya. Supaya tidak terus terkena bahan kimia,” ujar Nuryanto.

Sejak saat itu, Nuryanto mulai belajar membuat pupuk organik secara mandiri untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Dia lalu memelihara ternak domba, dengan harapan kotorannya bisa diolah menjadi pupuk.

Nuryanto kini memelihara sekitar 30 ekor domba di sebagian lahan miliknya itu. Kotoran dan urine domba tersebut tidak dibuang begitu saja. Melainkan diproses menjadi pupuk organik padat (dari kotoran) dan pupuk organik cair (dari urine).

Sementara air dari kolam ikan lele digunakan sebagai bahan pembuatan Photosynthetic Bacteria (PSB) yang dimanfaatkan sebagai nutrisi tanaman.

Nuryanto menjelaskan, hasil prosesing limbah tersebut dimanfaatkan dirinya untuk pemupukan di sawah (tanaman Padi), agar bisa mengurangi dosis pemakaian pupuk kimia sehingga lebih hemat dan ramah lingkungan.

Selain untuk kebutuhan sendiri, Nuryanto juga menjual pupuk organik yang dia produksi.

“Saat ini permintaan semakin banyak. Rata-rata petani hortikutura di sekitar desa sini membeli pupuk organik dari saya. Tentu ini juga menjadi tambahan penghasilan saya,” tuturnya.

Di lahan miliknya, Nuryanto juga menanam rumput gajah untuk makanan puluhan dombanya. Dengan demikian dia bisa menghemat waktu dan tenaga karena tidak perlu mencari rumput ke tempat lain.

“Saya juga punya cara untuk memastikan stok pangan domba-domba. Saya membuat fermentasi dari rumput gajah yang bisa tahan sampai tiga hari. Saya tidak perlu mengambil rumput setiap hari,” papar Nuryanto.

Setelah tiga tahun menerapkan konsep pertanian terintegrasi ini, Nuryanto mengaku kondisi lahannya menjadi semakin subur. Hasil panennya juga lebih baik.

“Beras yang dihasilkan lebih enak dan pulen,” tuturnya.

Bupati Ipuk yang mengunjungi lahan pertanian Nuryanto berharap ini bisa diterapkan pada kelompok tani di Banyuwangi.

“Ini adalah contoh penerapan konsep pertanian yang berkelanjutan. Konsep pertanian terintegrasi seperti ini terbukti menguntungkan karena semua proses bertaninya saling berkaitan, antara tanaman pangan maupun peternakannya,” papar Bupati Ipuk.

“Tolong ilmunya bisa ditularkan ke petani sekitar,” harapnya.

Konsep pertanian terpadu, menurut Bupati Ipuk, lebih ramah lingkungan serta mampu menekan biaya produksi petani. Untuk itu, pemkab terus mendorong pertanian terpadu ini.

“Dinas Pertanian dan Pangan juga telah memberikan pendampingan transfer ilmu dan teknologi kepada para petani, termasuk stimulan peralatan seperti chopper rumput untuk memudahkan membuat pakan fermentasi,” jelas Bupati Ipuk.

Pemkab juga rutin memberikan bantuan pupuk organik cair (POC). Hingga saat ini, bantuan POC yang telah disalurkan pemkab sebanyak 466.636 liter atau setara 83.524 hektar.

Written by Ilex

Comments

This post currently has no comments.

Leave a Reply





  • play_circle_filled

    Radio VIS FM Banyuwangi
    Radio VIS FM

play_arrow skip_previous skip_next volume_down
playlist_play