menu Home chevron_right
Banyuwangi

Etape Pertama TdBI, Pembalap Pakai Sarung dan Kopiah : Perkenalkan Tradisi Pesantren

Ilex | 22 Juli 2024

radiovisfm.com – Balap sepeda Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) dimulai Senin (22/7/2024) dengan etape pertama mengambil start di SMKN 2 Tegalsari yang berada di kawasan pondok pesantren.

Menariknya, para pembalap Tour de Ijen dikenalkan dengan tradisi pesantren dengan mengenakan sarung dan kopiah saat mengikuti prosesi pembukaan.

Mereka terlihat bergembira saat mencoba mengenakan sarung. Banyak pembalap yang berfoto dan berpose dengan mengenakan sarung dan kopiah.

Pembalap Aidan Buttigieg, dari tim St. George Continental Cycling Team Australia saat mencoba mengenakan sarung dan dibantu oleh kru panitia yang mendampingi mengaku cukup sulit untuk dipakai bagi orang yang pertama kali mencoba dan ia harus menguasai tekniknya.

“Ini sangat menyenangkan bisa mencoba sarung dan kopiah,” ungkap Aidan.

Usai mendapat penjelasan makna dan fungsi sarung, Aidan mengaku kagum yang mengetahui ini menjadi tradisi busana santri hingga digunakan untuk pakaian beribadah umat muslim di Indonesia.

“Sebuah kehormatan bagi saya bisa mencoba budaya dan juga tradisi beragama masyarakat di Banyuwangi yang sebagaimana memang seharusnya,” ujar Aidan.

Selain Aiden juga ada pembalap 7ElevenThailand, Even Yemane asal Eritrea yang sangat antusias memakai sarung.

Pembalap berusia 18 tahun ini juga mengaku senang dengan suasana pondok pesantren yang menjadi lokasi start.

“Indonesia terkenal dengan mayoritas muslimnya, tentunya ini tradisi yang baik dan bisa dicoba selama di Banyuwangi. Sarungnya nyaman dipakai,” tutur Even.

Di start etape satu, ratusan santri dan pelajar memadati lokasi. Mereka memberikan semangat pada pembalap yang akan memulai lomba. Banyak warga dan santri tumpah ruah menyemangati 100 pembalap lebih yang datang dari berbagai manca negara.

Wakil Ketua Umum PB ISSI Silmy Karim yang hadir di lokasi mengapresiasi Banyuwangi yang terus menggelar Tour Banyuwangi de Ijen.

“Tidak hanya untuk memajukan olahraga balap sepeda, namun ini juga memadukan olahraga dengan pariwisata dan mengenalkan tradisi nusantara ke dunia,” tutur Silmy.

“Banyuwangi luar biasa, tak hanya bekerja keras menyiapkan even level internasional tetapi juga memadukannya dengan kearifan budaya lokal,” imbuhnya.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan pemakaian sarung dan kopiah di ajang internasional seperti TDBI ini dinilai sangat efektif dijadikan sarana memperkenalkan tradisi pesantren yang merupakan ikon pendidikan asli nusantara, sekaligus juga untuk mengkampanyekan nilai-nilai toleransi dan keberagaman.

“Saya senang para pembalap cukup antusias memakai sarung dan kopiah. Ini menunjukkan mereka juga memiliki toleransi yang tinggi pada keberagaman,” ungkap Bupati Ipuk.

Penggunaan Sarung dan kopiah juga menjadi simbol akar yang kuat akan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh Banyuwangi, seiring dengan upaya menjadikan daerah sebagai bagian dari destinasi pariwisata berskala global.

Sebagaimana TDBI merupakan sebuah upaya promosi sporttourism untuk mendatangkan wisatawan ke daerah.

Di etape pertama ini rute yang dilintasi sepanjang 136,2 KM, dengan start di SMKN 2 Tegalsari dan finish di kantor Pemkab Banyuwangi.

Written by Ilex

Comments

This post currently has no comments.

Leave a Reply






  • play_circle_filled

    Radio VIS FM Banyuwangi
    Radio VIS FM

play_arrow skip_previous skip_next volume_down
playlist_play