menu Home chevron_right
Banyuwangi

Anyaman Atap Tradisional Produk Banyuwangi Tembus Luar Provinsi

Ilex | 19 September 2024

radiovisfm.com – Tumbuhnya sektor pariwisata Banyuwangi membawa dampak positif bagi sektor lainnya. Menjamurnya kafe, resto, dan homestay tradisional di Banyuwangi, membawa berkah tersendiri bagi usaha anyaman atap ilalang.

Salah satunya milik Budi Hartono warga Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah. Di tangan kreatif Budi tanaman liar dengan nama latin Imperata cylindrica itu menjadi pundi ekonomi. Ia bahkan mempekerjakan belasan warga setempat untuk membuat anyaman atap tradisional.

Kisah sukses Budi bermula saat menerima Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan rokok di Kabupaten Malang. Sebelumnya, Budi telah bekerja di pabrik rokok hampir dua tahun. Akhirnya dirinya pulang dan mencoba untuk mencari ide untuk mendapatkan penghasilan dengan cara lain.

Di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), Bupati Ipuk Fiestiandani mengunjungi kediaman Budi. Setelah di-PHK, Budi sempat pontang-panting mencari penghasilan. Sempat juga Budi bekerja di konter pulsa selama menganggur. Hingga akhirnya, ia secara tidak sengaja menemukan ide untuk membuat anyaman atap berbahan ilalang kering.

Awalnya ide membuat anyaman atap berbahan ilalang bukan dimaksud untuk mencari uang.

Ia dan beberapa orang temannya punya ide untuk memugar makam Mbah Semi di Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri. Mbah Semi dikenal sebagai tokoh penari gandrung perempuan pertama di Banyuwangi.

Setelah pemugaran makam rampung, Budi lantas punya ide untuk memproduksi anyaman atap ilalang untuk dijual. Apalagi tren kafe, resto, dan homestay tradisional tengah menjamur di Banyuwangi.

“Akhirnya saya menawarkan ke beberapa pengusaha kafe dan ternyata mereka tertarik. Saat itu tahun 2019. Tak disangka, minat terhadap atap anyaman ilalang cukup besar,” ungkap Budi.

Belum berapa lama, Budi mendapat pesanan banyak dari salah satu kafe dan homestay di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Dan ini merupakan pesanan terbanyak pertama, sekitar enam ribu lembar.

Untuk memenuhi pesanan tersebut, Budi mengajak belasan warga sekitar tempat tinggalnya untuk bekerja. Hingga saat ini, sebanyak 15 warga ikut bekerja bersama Budi untuk membuat kerajinan tersebut.

Lambat laun, pesanan anyaman atap ilalang terus berdatangan. Baik dari Banyuwangi maupun luar kota, mulai dari Jember, Surabaya, hingga Bali. Bahkan, Budi sempat mendapat tawaran dari pembeli untuk dikirim ke luar negeri. “Namun saya masih belum bisa menyanggupi karena keterbatasan bahan baku,” ungkap Budi.

Ilalang memang terbilang rumput liar yang banyak tak termanfaatkan. Namun ternyata, Budi sempat mengalami kesulitan untuk menemukan tumbuhan tersebut. Terutama saat musim kemarau.

Seiring bergulirnya waktu, Budi mulai menemukan trik agar bisa berproduksi sepanjang waktu. Dia menyetok sebanyak mungkin ilalang saat musim hujan. Tak sanggup untuk mencari sendiri, ia mengajak warga untuk mencari rumput di tempat-tempat ilalang tumbuh.

“Sekarang ilalang banyak ditemukan di lahan kosong daerah-daerah perumahan. Saya membeli dari pencari rumput,” kata Budi.

Budi menjual anyaman atap ilalang buatannya yang berukuran sekitar 2,5 meter x 1,5 meter seharga Rp 15 ribu per lembar. Harga bisa lebih murah apabila pembeli memesan dalam jumlah banyak.

Bupati Ipuk mengapresiasi ide bisnis yang dijalankan Budi dan warga lainnya.

“Bagi Banyuwangi, pariwisata merupakan payung besar untuk menumbuhkan sektor ekonomi turunan lainnya. Ini sebagai ide yang kreatif. Bersamaan dengan pariwisata Banyuwangi yang terus berkembang, pasar dari anyaman atap ilalang ini sangat menjanjikan,” papar Bupati Ipuk.

“Banyak pengusaha kafe-resto dan homestay yang saat ini mengangkat tema natural dan tradisional,” imbuhnya.

Kerajinan buatan Budi diyakini dapat terus berkembang dengan menyasar pasar tersebut.

Written by Ilex

Comments

This post currently has no comments.

Leave a Reply





  • play_circle_filled

    Radio VIS FM Banyuwangi
    Radio VIS FM

play_arrow skip_previous skip_next volume_down
playlist_play