radiovisfm.com – Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terhadap tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali sudah mencapai 80 persen, termasuk pengumpulan data-data.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan berbagai data temuan-temuan dilapangan, termasuk dari keterangan sejumlah saksi korban selamat. Sedangkan untuk permasalahan penyebab tenggelamnya, harus dilakukan analisis terlebih dahulu.
“Namun ada beberapa hal yang sangat segera untuk dilakukan perbaikan, seperti perbaikan dari cara pemuatannya dan sebagainya. Apabila kapal kelihatan over berat, jangan diberangkatkan,” paparnya.
Soerjanto menjelaskan, intinya, pihaknya sudah mendapatkan data-data yang cukup tinggal melakukan analisis untuk mencari penyebab tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya.
“Soal penyebabnya gampang, yang terpenting adalah contributing factor yang ikut menyebabkan kecelakaan itu. Ini juga harus diperbaiki, seperti lansing atau mengikat kendaraan didalam kapal apakah dianggap perlu karena itu akan menambah waktu. Apabila menambah waktu tentunya juga akan menambah antrian kendaraan di pelabuhan, sehingga perlu disiasati selama proses melansing oleh operator pelabuhan maupun operator kapal,” terang Soerjanto.
Sementara terkait pengangkatan kapal apakah dinilai perlu ataukah tidak. Menanggapi hal itu, Soerjanto menyampaikan bahwa sesuai aturan yang ada apabila posisi kapal di kedalaman 100 meter atau kurang dan berada di alur pelayaran maka harus segera diangkat dalam waktu 100 hari pasca kejadian.
“Namun jika diluar alur pelayaran, maka pengangkatan bisa dilakukan dalam waktu 6 bulan,” tuturnya.
Soerjanto menambahkan, penyelidikan KNKT hingga kini belum tuntas.
“Proses investigasi untuk mengumpulkan data sudah cukup banyak dan mencapai sekitar 80 persen,” kata Soerjanto.
Sementara, setelah berlangsung selama 20 hari, operasi pencarian korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali resmi dihentikan, sejak Senin sore (21/7/2025).
Keputusan ini diumumkan oleh Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit, selaku SAR Mission Coordinator (SMC) dalam konferensi pers virtual dari Surabaya yang diikuti gabungan unsur SAR di Pelabuhan ASDP Ketapang. Menurutnya, operasi SAR di tutup karena tidak ada lagi tanda-tanda penemuan korban. Keputusan ini diambil sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Total ada 49 penumpang yang sudah ditemukan, dengan rincian 30 korban selamat dan 19 korban meninggal dunia. Hingga kini, masih ada 4 jenazah dikamar mayat RSUD Blambangan Banyuwangi yang belum teridentifikasi.
Leave a Reply