radiovisfm.com – Di balik megahnya jalur kereta api lintas selatan Jawa Timur, terdapat sebuah stasiun bersejarah yang menyimpan banyak cerita: Stasiun Garahan. Dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1902 dan berada di ketinggian sekitar 514 meter di atas permukaan laut (mdpl), stasiun ini berdiri di dataran tinggi perbukitan Gumitir. Sejak awal, Stasiun Garahan bukan hanya sekadar titik singgah perjalanan kereta, melainkan bagian dari denyut kehidupan masyarakat sekitar sekaligus saksi perkembangan jalur transportasi kereta api di wilayah Jember–Banyuwangi.
Stasiun Garahan berdiri sejak era kolonial Belanda sebagai bagian dari jalur penghubung Banyuwangi – Jember. Lokasinya yang strategis berada di jalur pegunungan Gumitir menjadikan stasiun ini penting, terutama untuk mendukung distribusi hasil perkebunan kopi yang sejak dulu menjadi komoditas unggulan wilayah tersebut. Keunikan arsitektur lama dan suasana khas pegunungan membuat Stasiun Garahan memiliki daya tarik tersendiri dibanding stasiun lain di lintas selatan Jawa Timur.
Stasiun Garahan berfungsi sebagai penghubung transportasi masyarakat pedesaan dengan kota, sekaligus pintu distribusi hasil bumi. Perannya yang historis di jalur ekstrem Gumitir juga menjadikannya bagian penting dalam perjalanan kereta api di Jawa Timur. Tidak hanya untuk transportasi penumpang, stasiun ini turut menopang aktivitas ekonomi lokal melalui pergerakan logistik hasil perkebunan dan perdagangan.
Terletak di dataran tinggi dengan panorama pegunungan yang hijau, Stasiun Garahan menawarkan keindahan yang jarang dimiliki stasiun lain. Jalur ekstrem Gumitir dengan jembatan, lereng, dan terowongan kembar Mrawan dan Garahan menjadi daya tarik wisata kereta api yang unik. Stasiun ini juga lekat dengan cerita kuliner legendaris pecel pincuk Garahan, yang hingga kini masih menjadi kenangan banyak penumpang lama. Ke depan, potensi pengembangan sebagai destinasi heritage dan ekowisata kereta api terbuka lebar.
Seiring penutupan sementara akses jalan nasional Gumitir, KA Pandanwangi relasi Jember – Ketapang PP kini kembali berhenti di Stasiun Garahan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Layanan ini berlaku hingga 30 September 2025 dan selanjutnya akan dievaluasi kembali. PT KAI Daop 9 Jember juga memastikan peningkatan fasilitas dan kenyamanan di stasiun, serta tetap menjaga standar keselamatan tinggi di jalur ekstrem pegunungan Gumitir.
Stasiun Garahan menjadi simpul penting bagi masyarakat sekitar. Kehadirannya mendukung UMKM, membuka akses mobilitas warga pedesaan, dan memperlancar distribusi hasil perkebunan kopi, teh, dan hasil bumi lainnya. Lebih dari sekadar stasiun, Garahan menjadi titik ekonomi dan sosial yang menyatu dengan kehidupan masyarakat setempat.
Meski pengembangan dan revitalisasi stasiun berada di bawah kewenangan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA), PT KAI Daop 9 Jember akan terus mendorong dan berkoordinasi dengan pihak terkait agar potensi Stasiun Garahan sebagai ikon budaya dan wisata dapat semakin digali. Kerjasama dengan pemerintah daerah serta komunitas pecinta sejarah dan kereta api juga terbuka luas untuk menjadikan stasiun ini lebih bernilai.
Manager Hukum dan Humas KAI Daop 9 Jember, Cahyo Widiantoro mengatakan Stasiun Garahan bukan hanya sebuah titik transportasi, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat dan sejarah perkeretaapian di Jawa Timur. Dengan keindahan alam, nilai historis, serta fungsi sosial-ekonominya, Stasiun Garahan memiliki potensi besar untuk menjadi ikon budaya sekaligus destinasi wisata berbasis kereta api.
“KAI Daop 9 Jember akan terus memberikan layanan terbaik dan mendorong pengembangan potensi ini bersama stakeholder terkait,” ujar Cahyo.
Leave a Reply