radiovisfm.com – Dari 38 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi di Banyuwangi, baru 12 SPPG diantaranya sudah menjalani proses sertifikasi Surat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) dan siap diterbitkan sertifikatnya.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat mengatakan, saat ini, 26 SPPG yang ada di Banyuwangi masih dalam tahap persiapan atau perbaikan sarana prasarana sehingga dinilai belum mengurus SLHS.
“Untuk mendapat SLHS, ada tiga komponen yang harus dijalani SPPG. Pertama, para penjamah pangan harus mengikuti pelatihan keamanan pangan dan lulus uji kompetensi. Kedua, SPPG telah dinyatakan layak saat inspeksi sanitasi dan kesehatan lingkungan. Ini yang dicek dalam inspeksi antara lain kualitas air bersih, pengelolaan sampah dan limbah, sirkulasi udara, dan kebersihan peralatan masak,” ujar Amir.
Ketiga, uji sampel dan pemeriksaan kesehatan. Pengujian dilakukan pada sampel makanan, alat dan penjamah makanan. Hal itu untuk memastikan tidak adanya kontaminasi dalam proses memasak menu MBG.
“Pemkab terus memantau dan memfasilitasi pengurusan SLHS,” tutur Amir.
Sementara itu, berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Banyuwangi, saat ini ada 2 SPPG yang sudah ditutup oleh Badan Gizi Nasional (BGN) setelah makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disajikan untuk sejumlah sekolah diduga mengandung bakteri yang menyebabkan ratusan siswa mengalami keracunan.
Pertama adalah SPPG Kepiting Kelurahan Tukangkayu yang ada di kawasan Kecamatan Banyuwangi kota. SPPG tersebut menyediakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk sejumlah sekolah di wilayah setempat salah satunya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banyuwangi. Namun saat itu, sebanyak 112 siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banyuwangi mengalami keracunan setelah menyantap makanan yang disajikan SPPG yang bersangkutan.
Kedua, SPPG Desa Kelir di wilayah Kecamatan Kalipuro. Dinas Kesehatan Banyuwangi mencatat ada 133 siswa mengalami keracunan setelah menyantap makanan dari SPPG tersebut. Rinciannya, di Madrasah Aliyah Nurul Khoiroh ada 100 siswa, SMA NU Gombengsari 13 siswa, dan SMPN 3 Kalipuro 20 siswa.
Dinkes Banyuwangi juga telah mengambil berbagai sampel untuk mengetahui penyebab keracunan tersebut. Pemeriksaan meliputi sampel makanan MBG, air yang digunakan, peralatan masak dan makan, hingga rectal swab pada sejumlah siswa. Semua sampel itu telah diuji di laboratorium. Dari hasil uji laboratorium, ditemukan beberapa temuan masalah. Pada sampel air yang digunakan, terdeteksi adanya paparan bakteri Escherichia coli (E.coli). Air tersebut diketahui bersumber dari sistem Hippam (Himpunan Pengguna Air Minum) dan ditimbun dalam tandon.
“Ada menu MBG yang disajikan juga ditemukan paparan E-coli seperti pada nasi, tumis wortel brokoli dan ayam. Selain itu, dari hasil usap pada peralatan makan ditemukan paparan mikroba di atas ambang batas aman. Bahkan dari 14 sampel rectal swab, semuanya juga positif E-coli,” imbuh Amir Hidayat.


Leave a Reply